OPINI: Partai Demokrat Kemungkinan Usung Politisi Yahudi Josh Saphiro Jadi Cawapres Kamala Harris
3 mins read

OPINI: Partai Demokrat Kemungkinan Usung Politisi Yahudi Josh Saphiro Jadi Cawapres Kamala Harris



Shapiro terpilih menjadi gubernur Pennsylvania pada mid-term elections 2022 mengalahkan Doug Mastriano dari Partai Republik dengan marjin keunggulan 14,8%. Pada 2020, Biden menang di negara bagian tersebut dengan marjin hanya 1,2%.

Menurut Exit Poll CNN, pada pilgub Pennsylvania 2022 tersebut Shapiro unggul di semua segmen pemilih berdasarkan usia: 18-29, 30-44, 45-64 dan 65 ke atas. Dukungan terbesar berasal dari pemilih berusia 18-29 yang mencapai 71%.

Shapiro populer tidak hanya di kalangan pemilih liberal, tapi juga kalangan moderat dengan meraih masing-masing 94% dan 71% suara. Komposisi kelompok liberal dan moderat di Pennsylvania mencapai 65% dari total pemilih. Selain itu, Shapiro didukung 94% pemilih Partai Demokrat dan 64% pemilih independen, yang secara total mencapai 60% dari seluruh pemilih di Pennsylvania.

Tidak hanya itu, Shapiro sukses meraih suara mayoritas di tiga kelompok rasial utama yakni pemilih Kulit Putih (50% vs 48%), Kulit Hitam (92% vs 8%) dan Latino (72% vs 22%), mayoritas pemilih urban (72% vs 28%) dan suburban (52% vs 48%), dan mayoritas pemilih yang menyandang gelar universitas/akademi (64% vs 35%) maupun pemilih lulusan SMA ke bawah (51% vs 48). Pada pilpres 2020, Biden kalah oleh Trump di kalangan pemilih Kulit Putih (42% vs 52%), suburban (48% vs 51%) dan lulusan SMA ke bawah (45% vs 54%).

Shapiro dikenal sebagai warga keturunan Yahudi yang taat beragama. Dia juga sangat pro-Israel dan di masa lalu memiliki pandangan negatif mengenai Palestina. Hal ini bisa menjadi kelemahan utama Shapiro jika menjadi cawapres.

Menurut investigasi The New York Times, ketika masih mahasiswa Shapiro pernah menulis opini di koran kampus yang menyebut Palestina terlalu ‘battle-minded’ atau selalu berpikir tentang perang sehingga solusi dua negara Palestina-Israel yang saling berdampingan akan sulit diwujudkan. Tidak heran jika sejumlah kelompok sayap kiri dan aktivis pro-Palestina berupaya keras mencegah agar Shapiro tidak terpilih menjadi cawapres.

Tapi kubu Partai Demokrat sepertinya siap menghadapi risiko ini dengan sejumah pertimbangan. Pertama, meski pro-Israel, Shapiro sangat anti-Netanyahu dan saat ini mendukung pendirian negara Palestina. Kedua, menurut poling The New York Times-Siena College terbaru, hanya 2% pemilih di AS yang menganggap Timur Tengah/Israel/Palestina sebagai isu penting.

Ketiga, sekalipun pemilih Arab-Amerika di Pennsylvania, Michigan dan Wisconsin memilih menjadi golput di pilpres 3 November, peningkatan jumlah suara dari pemilih warga Yahudi dan India diperkirakan akan bisa menutupi hilangnya suara dari pemilih Arab-Amerika. Keempat, yang terpenting, hampir semua elit Partai Demokrat baik yang progresif maupun moderat akan all-out untuk memenangkan Harris. Belum lagi dukungan mantan presiden Barack Obama serta para selebriti yang siap memobilisasi kalangan muda untuk mencoblos pada 3 November 2024.

Tim penasehat Harris saat ini berada di tahap akhir seleksi pemilihan cawapres. Mereka bisa saja punya pertimbangan lain dalam menentukan cawapres ideal. Jika mereka menganggap merangkul pemilih di pedesaan sangat penting, mereka akan memilih Gubernur Minnesota Tim Walz. Jika ingin menutupi kelemahan Harris dalam isu perbatasan dan imigrasi, pilihan mereka jatuh ke Senator Partai Demokrat dari Arizona, Mark Kelly, yang terkenal tegas untuk urusan perbatasan dan imigrasi.

Meskipun harus diakui bahwa kemenangan Walz dan Kelly di pemilihan gubernur dan senat pada 2022 tidak terlalu mengesankan. Walz menang di pilgub 2022 hanya +0,6% di atas Biden sedangkan Kelly +4,6%, jauh di bawah Shapiro yang mengungguli marjin Biden sebesar +13,6%. Walz juga tidak memberi manfaat elektoral karena Minnesota dalam lebih dari 50 tahun terakhir selalu mendukung capres Partai Demokrat. Sedangkan negara bagian tempat tinggal Kelly, Arizona, hanya menyumbang 11 suara elektoral, sehingga Harris sulit meraih 270 jika Pennsylvania lepas.

Kita tunggu saja dalam beberapa hari ke depan, siapa yang akhirnya terpilih mendampingin Harris dalam pilpres 3 November!