Bima-Mujab Paslon PDIP di Pilbup Tegal 2024: Pasangan Nol Rupiah, Bukan dari Keluarga Politisi
Sementara, Syaeful Mujab adalah pemuda yang berasal dari keluarga miskin. Untuk menghidupi keluarga, ibunya yang seorang single parent menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau buruh migran di luar negeri. “Saya memang dekat dengan Ibu dan nenek, makanya saat saya minta doa restu pada Ibu tentang ini, salah satu pesannya ya untuk memperhatikan ibu-ibu dan ibu, karena tentu banyak orang-orang yang bernasib seperti kami dulu,” ujarnya.
Keluarga Mujab kecil dibesarkan oleh keluarga prasejahtera, penerima bantuan langsung tunai (BLT). Saat kecil, Mujab acapkali ikut sang nenek untuk mengantre jatah raskin, juga mengambil BLT di kantor pos.
Mujab adalah penerima bantuan pendidikan sejak SD, serta Bidikmisi saat kuliah di UI. Berasal dari keluarga penerima bantuan sosial pemerintah, mendorong Mujab ingin belajar lebih lanjut tentang pembangunan, dan kebijakan yang berdampak bagi setiap lapisan masyarakat.
“Saya percaya bahwa kebijakan publik, pembangunan, itu akan terdampak positif jika diukur dengan baik, direncanakan dengan baik dan tidak mengabaikan kelompok-kelompok tertentu,” tutur co-founder organisasi pemuda Generasi Perintis ini.
Setelah lulus dari SMP Adiwerna, Kabupaten Tegal, keluarga ingin agar Mujab meneruskan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, Mujab bertekad masuk SMA untuk kemudian melanjutkan kuliah dengan membidik jalur beasiswa.
Diterima di kampus bergengsi, di Manajemen Kebijakan Publik di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Mujab memilih berkuliah di UI. Selama kuliah, Mujab yang aktif di organisasi, hingga menjabat sebagai Ketua BEM UI.
Selain aktif di organisasi kampus, Mujab juga berkegiatan di luar kampus untuk memperluas jejaringnya. Mujab merupakan pemenang pemilihan Abang-None Jakarta pada tahun 2018.
Setelah melalui kehidupan yang tak mudah, kini Mujab bertekad ingin mengabdikan diri kepada masyarakat Kabupaten Tegal melalui jalur politik. Ia sadar, hajat hidup orang banyak, termasuk bantuan untuk orang miskin seperti semasa ia kecil dulu, ditentukan kebijakan politik.
“Saya bertekad bisa lebih berkontribusi untuk mengangkat orang-orang miskin lainnya, yang mungkin tidak seberuntung saya, atau mungkin berada di kondisi saya di masa lalu, untuk bisa punya kehidupan yang lebih baik lewat kebijakan dan pembangunan yang baik,” tutur stafsus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, ini.
Penulis: Nugroho Purbo