Israel Mulai Serangan Darat Terbatas ke Lebanon Selatan, Targetkan Hizbullah
Hizbullah telah mengalami kemunduran utama dalam beberapa pekan terakhir. Sebelum pembunuhan Nasrallah, serangkaian ledakan misterius pager dan walkie-talkie yang dituduhkan kepada Israel telah menewaskan atau melukai ratusan orang, banyak dari mereka adalah anggota Hizbullah. Dan serangan udara Israel telah menewaskan sebagian besar komandan senior kelompok itu.
Namun, Hizbullah terus meluncurkan roket dan rudal ke Israel dan diyakini masih memiliki ribuan pejuang di dekat perbatasan Israel.
Selama bertahun-tahun, para pemimpin Israel menuduh Hizbullah menyembunyikan senjata dan pejuang di dalam rumah dan bangunan sipil lainnya di desa-desa perbatasan. Puluhan ribu warga sipil Lebanon telah meninggalkan Lebanon selatan dalam beberapa pekan terakhir karena takut akan serangan militer Israel.
Hizbullah memiliki sedikit pertahanan udara, yang memberikan kebebasan bertindak bagi angkatan udara Israel di atas langit Lebanon. Namun, operasi darat akan jauh lebih menantang, mengingat pasukan Hizbullah yang ditempatkan dan bersembunyi di komunitas lokal dan terbiasa dengan medan setempat.
Bagaimanapun, kemampuan Hizbullah belum sepenuhnya jelas. Ada kemungkinan Hizbullah menahan diri demi menghemat sumber daya untuk pertempuran yang lebih besar. Namun, kelompok militan itu mungkin juga dalam kekacauan setelah intelijen Israel berhasil menembus level tertingginya.
Beberapa negara Eropa mulai menarik diplomat dan warga negara mereka keluar dari Lebanon pada hari Senin. Jerman mengirim pesawat militer untuk mengevakuasi kerabat diplomat dan yang lainnya. Bulgaria mengirim jet pemerintah untuk mengeluarkan kelompok pertama warga negaranya.
Israel memiliki sejarah panjang dan berdarah di Lebanon. Israel sempat menginvasi pada tahun 1978 dalam serangan terhadap militan Palestina. Israel menginvasi lagi pada tahun 1982 dalam operasi yang berubah menjadi pendudukan selama 18 tahun di Lebanon selatan.
Peningkatan tindakan terhadap Hizbullah juga dapat meningkatkan risiko perang yang lebih luas di kawasan itu karena Israel menghadapi serangkaian musuh yang didukung oleh musuh bebuyutannya, Iran.
Israel pekan ini melancarkan serangan udara di Yaman terhadap milisi Houthi sebagai tanggapan atas serangkaian serangan rudal. Netanyahu juga mengancam Iran, memperingatkan pemerintah Teheran bahwa Israel mampu menyerang di mana saja di Timur Tengah.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah menyerukan gencatan senjata, dengan harapan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut yang dapat melibatkan Iran dan memicu perang yang lebih luas. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menunjukkan minatnya.
Prancis, yang memiliki hubungan dekat dengan Lebanon, telah bergabung dengan AS dalam menyerukan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, yang mengunjungi Beirut pada hari Senin, mendesak Israel menahan diri dari serangan darat.
Barrot juga meminta Hizbullah untuk berhenti menembaki Israel, dengan mengatakan kelompok itu memikul tanggung jawab besar dalam situasi saat ini, mengingat pilihannya untuk memasuki konflik.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati, setelah bertemu dengan Barrot, mengungkapkan negaranya berkomitmen melakukan gencatan senjata segera diikuti dengan pengerahan pasukan Lebanon di selatan, sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang tahun 2006, namun tidak pernah sepenuhnya dilaksanakan.