4 mins read

OPINI: Abaikan Poling Karena Perang Lapangan, Money Politics dan October Surprise Akan Jadi Penentu Pilpres AS



Pakar strategi dari Partai Demokrat, Simon Rosenberg, mengidentifikasi adanya upaya kubu Trump untuk mempengaruhi angka poling rata-rata. Menurut Analisa Rosenberg, sejak akhir Agustus hingga Oktober sejumlah lembaga poling yang pro-Partai Republik merilis lebih dari 70 poling yang mengunggulkan Trump, terutama di Pennsylvania dan North Carolina.

Pada mid-term elections 2022 Rosenberg mengamati tren serupa dan saat itu membuktikan bahwa red wave yang diprediksi akan terjadi hanya akal-akalan para pollster sayap kanan. Rosenberg melihat upaya Partai Republik untuk membangun narasi red wave di pemilu 2024 dilakukan secara lebih masif dan lebih terstruktur.

Bahkan pasar taruhan yang menurut sejumlah pakar angka prediksinya lebih akurat dibandingkan poling politik disinyalir tidak lapas dari manipulasi. Wall Street Journal (WSJ) mencontohkan Polymarket, pasar prediksi terbesar berbasis kripto yang dalam dua minggu terakhir menunjukkan Trump memilik peluang 60% untuk menang di pilpres. Tapi WSJ menemukan bahwa naiknya angka taruhan yang mengunggulkan Trump di Polymarket sangat dipengaruhi oleh empat akun yang menggelontorkan US$30 juta di posisi Trump sebagai pemenang pilpres, sehingga peluangnya naik.

Firma analisis Arkham Intelligence meyakini keempat akun tersebut miliki entitas yang sama. Angka US$30 juta tersebut, menurut investor kripto kawakan Adam Cochran, bukan sekadar taruhan tapi bagian dari kampanye kubu Trump untuk membangun narasi bahwa menjelang 5 November capres Partai Republik ini meraih momentum untuk menang.

Upaya Get Out the Vote Bangunkan Pemilih di Luar Politik Maistream

Di minggu-minggu terakhir menjelang pilpres, upaya memobilisasi suara di lapangan atau get-out-the-vote (GOTV) bisa menjadi penentu kemenangan. Menurut pakar politik yang meneliti perilaku pemilih AS, Donald P. Green, kepada The Washington Post, poling politik melaporkan opini pemilih yang kemungkinan besar akan mencoblos (likely voters), sedangkan GOTV merupakan upaya untuk membangunkan mereka-mereka yang kemungkinan besar tidak akan mencoblos (unlikely voters). Jadi pada fase ini angka poling rata-rata kurang bermakna.

Dmitri Melhorn, pakar strategi Partai Demokrat di Oakland Corps mengatakan, dari 42 juta pemilih terdaftar di tujuh swing states, 5 juta di antaranya berbeda dengan orang-orang kebanyakan dalam menyikapi isu-isu politik. Mereka terputus dari percakapan politik mainstream, sehingga pada saat ini belum memutuskan apakah akan mencoblos atau kalaupun mencoblos belum tahu akan memilih siapa.

Angka 5 juta sangat besar dalam pilpres AS yang kemenangan ditentukan oleh hasil perhitungan suara di tujuh swing states. Sebagai perbandingan, pada pilpres 2016, Trump mengalahkan Hillary Clinton dengan marjin di tujuh swing states hanya 526.232 suara. Sedangkan di pilpres 2020, Biden unggul atas Trump dengan selisih yang lebih kecil lagi di tujuh swing states yang sama yakni hanya 237.879 suara.

Nah untuk upaya GOTV ini tim Harris dan Trump menggunakan pendekatan berbeda. Harris lebih mengandalkan model GOTV tradisional yang dikontrol oleh tim kampanye dan Democratic National Conggres (DNC) dengan memanfaatkan sokongan dana gabungan yang luar biasa besar yakni US$633,1 juta (Rp 9,8 triliun) yang dihimpun dari 1 Juli hingga 30 September 2024, menurut data Forbes. Menurut laporan sejumlah media, dana yang dihimpun Harris hingga Oktober sudah menembus US$1 miliar (Rp 15,5 triliun).

Harris juga didukung oleh sejumlah organisasi pendukung atau Political Action Committee (PAC) seperti America Votes, BlackPAC, Somos PAC, Unite Here dan Future Forward yang menggelontorkan dana ratusan juta dolar untuk aktivitas GOTV tersebut.

Dengan anggaran yang luar biasa besar, menurut laporan The New York Times Harris mempekerjakan 2.500 staff yang berlokasi di 353 kantor. Pada minggu kedua Oktober, mereka sudah mengetuk 600.000 pintu dan melakukan 3 juta panggilan telepon di swing states. Sedangkan America Votes berencana mengetuk pintuk 30 juta kali di tujuh swing states yang fokusnya adalah 2,5 juta pemilih yang diyakini condong ke Partai Demokrat.

Kubu Demokrat juga menggelar beragam acara gratis seperti konser, street festival, pertunjukan musik di atas mobil bak terbuka atau pangung-panggung dadakan di lokasi-lokasi early voting guna menggaet para pemilih baru yang lebih menyukai pesta atau hiburan ketimbang menghadiri acara-acara politik.

Di kubu Trump, tim kampanye dan Republican National Committee (RNC) menghimpun dana yang jauh lebih kecil dari gabungan tim Harris dan DNC yakni hanya US$194,5 (Rp 3,02 triliun) hingga akhir September. Dengan dukungan dana yang relatif lebih kecil, tim kampanye Trump mengklaim punya ratusan staf yang digaji dan 300 kantor di swing states.

Tim Trump memang lebih mempercayakan aktivitas GOTV mereka kepada tiga PAC utama yakni America PAC yang dibentuk oleh Elon Musk, Turning Point Action, dan Faith and Freedom Coalition. Faith and Freedom Coalition sendiri mengklaim memperjakan 4000 staf paruh waktu dan memiliki target mengetuk 10 juta pintu.