Bukan untuk Melindungi Diri, Bunglon Berubah Warna sebagai Ekspresi Emosional
Ketika bunglon merasa terancam atau stres, mereka akan mengubah warna kulitnya menjadi lebih gelap sebagai sinyal bahaya. Sebaliknya, saat dalam suasana hati yang lebih santai atau ketika mereka merasa nyaman, warna kulit mereka akan menjadi lebih cerah dan mencolok.
Menariknya, perubahan warna kulit juga berfungsi dalam konteks reproduksi. Bunglon jantan, khususnya, akan menampilkan warna-warna cerah dan mencolok saat musim kawin tiba untuk menarik perhatian betina.
Pada saat ini, mereka dapat menghasilkan pola warna yang kompleks dan indah, yang juga dipengaruhi oleh hormon, suhu, dan sistem saraf otonom bunglon. Meskipun bunglon memiliki kemampuan untuk menyesuaikan warna kulitnya dengan lingkungan sekitarnya, perubahan warna yang drastis biasanya terjadi ketika mereka ingin berkomunikasi dengan bunglon lainnya.
Dalam pengamatan ilmiah, perubahan warna ini dapat menunjukkan rasa tunduk pada bunglon lain setelah kalah dalam pertarungan. Dalam konteks ini, bunglon jantan yang lebih berani umumnya memiliki warna lebih cerah, yang sering kali membantu mereka memenangkan pertarungan.
Sebaliknya, bunglon yang berwarna lebih gelap cenderung menunjukkan kepasrahan dan biasanya memilih untuk menghindari konflik. Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan warna ini menjadi alat komunikasi yang sangat efektif.
Dengan menggunakan warna dan pola, bunglon dapat mengungkapkan berbagai nuansa emosi dan niat, baik kepada sesama bunglon maupun kepada predator. Kemampuan ini menunjukkan betapa kompleks dan menariknya kehidupan bunglon, yang tidak hanya sekadar hewan yang bisa berkamuflase, tetapi juga makhluk yang memiliki dunia sosial dan emosional yang kaya.
(Tifani)