Geliat Produk Sabun Indonesia di Canton Fair China yang Gaet Pasar Afrika
Utama Jakarta – Produk manufaktur asal Indonesia seperti sabun hingga detergen ikut berpartisipasi dalam Canton Fair ke-136 di Guangzhou, China. Canton Fair dikenal sebagai pameran dagang impor dan ekspor terbesar di China yang dihelat dua kali setiap tahunnya.
Produk yang dipamerkan pada Canton Fair dibagi menjadi tiga fase. Pada 2024 ini, fase pertama telah berlangsung pada 15-19 Oktober, 23-27 Oktober untuk fase kedua, dan 31-4 November untuk fase ketiga.
Utama berkesempatan meninjau Canton Fair fase ketiga pada Kamis, 31 Oktober 2024. Pada fase tiga, produk yang dipamerkan meliputi mainan, pakaian anak-anak, pakaian dalam, kain tekstil, karpet dan permadani, pakaian pria dan wanita.
Kemudian, ada pula pakaian olahraga dan kasual, aksesoris dan perlengkapan fesyen, sepatu, makanan, produk dan alat kesehatan, produk dan makanan hewan peliharaan, perlengkapan mandi, produk perawatan pribadi, perlengkapan kantor, serta produk bayi dan maternity.
Menyusuri luasnya area pameran, tiga stan perseroan terbatas atau PT asal Indonesia mencuri perhatian. Dijumpai PT Bukit Perak, PT Cahaya Subur Prima dan PT Sinar Antjol yang hadir dengan rangkaian produk rumah tangga dan perawatan pribadi berupa sabun cuci piring, sabun mandi, hingga detergen.
Terlihat PT Bukit Perak menjajakan produknya berupa sabun Actimed, Vida hingga Partner. Lalu, ada PT Cahaya Subur Prima yang memproduksi sabun Leora hingga Papaya, dan PT Sinar Antjol yang memproduksi sabun B29.
Nampak, stan ketiga PT disinggahi para pembeli asing untuk melihat-lihat produk yang dipamerkan. Menariknya, produk sabun Indonesia itu rupanya diminati pembeli asal Afrika.
“Pasar paling besar di Afrika, walaupun tidak semuanya (jenis produk),” kata Perwakilan PT Bukit Perak Adi Wang.
Perwakilan PT Cahaya Subur Prima Stefanus Hasril Noersali, juga mengungkapkan hal yang sama. Bergabung sebagai exhibitor atau peserta pameran sejak 2013 silam, produk sabun milik mereka juga sukses menggaet pembeli asal Afrika.
“Paling besar (pembelinya), kita kebanyakan dari Afrika, terus dari South America juga banyak, middle east lumayan,” ucap Stefanus.