OPINI: Menyelamatkan Nasib Guru, Menyelamatkan Anak Bangsa
2 mins read

OPINI: Menyelamatkan Nasib Guru, Menyelamatkan Anak Bangsa



Mari kita berhenti menggunakan jargon pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru karena guru memang tidak membutuhkan tanda jasa. Mereka membutuhkan kehidupan yang baik dan layak karena di tangan merekalah terletak nasib pendidikan anak bangsa.

Fokus Kementerian untuk memprioritaskan kesejahteraan dan peningkatan kualitas guru harus dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. Ini jauh lebih penting dibandingkan merancang program yang kurang sesuai bagi daerah pelosok.

Mata pelajaran berbasis teknologi seperti coding yang sudah menjadi wacana, akan semakin menjauhkan jarak kualitas pendidikan antara anak-anak di wilayah perkotaan dan pelosok. Mengajarkan coding pada anak membutuhkan infrastruktur yang mumpuni. Sementara di daerah ada banyak guru yang mengoperasikan laptop saja masih tidak bisa.

Jangan sampai cita-cita mengejar ketinggalan dari negara lain, justru membuat anak-anak di wilayah terpencil jauh ditinggalkan.

Upaya mewujudkan Indonesia Emas harus didasari dengan upaya untuk menyetarakan kualitas pendidikan dasar yang baik bagi seluruh anak bangsa. Bukan hanya untuk anak-anak di wilayah tertentu saja. Sebagai negara majemuk dan terdiri atas kepulauan, penting untuk mengembangkan program yang mengakomodasi potensi dan kebutuhan sesuai perbedaan tersebut.

Kualitas pendidikan dasar adalah fondasi masa depan bangsa Indonesia, sangat ditentukan oleh kompetensi serta dedikasi para guru. Jika memakai analogi kendaraan, mencapai Indonesia Emas memerlukan kendaraan super yang dapat melaju cepat. Pendidikan adalah salah satu kendaraantersebut. Guru adalah mesin penggeraknya.

Jika beban mesin terus ditambah sementara bahan bakar selalu kurang, bahkan kadang ada kadang tidak, maka Indonesia Emas akan berlalu begitu saja.

Di Hari Guru Nasional ini, mari kita bayangkan tugas yang mereka emban, dari mulai pedagogi, literasi dasar,membangun karakter, beban administrasi, problem kepemimpinan, tuntutan kemajuan teknologi,dan sebagainya.

Masih ada waktu untuk melakukan riset sederhana terkait kebutuhan pendidikan dasar dan menengah. Hasil riset itu tentu akan sangat membantu pemerintah mengambil kebijakanyang tepat terkait kesejahteraan guru, pengembangan kompetensi, pendampingan, dan sebagainya, bukan berdasarkan perkiraan dari sebagian orang yang mungkin tidak terlalu memahami kondisi lapangan di daerah.

Guru bukanlah manusia setengah dewa, tetapi jika pemerintah berniat memperbaiki pendidikan dasar, maka pertama-tama pikirkan nasib gurunya. Menyelamatkan nasib guru, adalah menyelamatkan nasib anak-anak bangsa.

**Penulis Marthen S. Sambo – Manajer Pendidikan Wahana Visi Indonesia