OPINI: Trump Gagal Manfaatkan Momentum, Harris Kemungkinan Menang Pilpres AS
4 mins read

OPINI: Trump Gagal Manfaatkan Momentum, Harris Kemungkinan Menang Pilpres AS



Kampanye akbar Trump di Madison Square Garden, New York, delapan hari lalu seharusnya menjadi arena terpenting untuk penyampaian pesan-pesan politik akhir guna memobilisasi pemilih. Tapi malah menjadi acara bernuansa rasisme. Bahkan pembicara selingan, komedian Tony Hinchcliffe, mengeluarkan kata-kata yang merendahkan ras kulit hitam, menyebut kelompok Hispanik “hobi membuat anak” dan menjuluki Puerto Rico sebagai “pulau sampah terapung.”  Padahal, jumlah kaum Hispanik keturunan Puerto Rico di swing states mencapai hampir 1 juta jiwa, terutama swing state paling krusial, Pennsylvania, yang mencapai 473.000 orang.

Warga AS keturunan Puerto Rico marah besar. Sejumlah figur berpengaruh keturunan Puerto Rico seperti Bad Bunny, Jennifer Lopez dan Marc Anthony mengajak pengikut mereka di media sosial untuk ramai-ramai mendukung Harris.

Blunder yang terjadi dalam kampanye di akbar di Madison Square Garden mengikis dukungan kelompok minoritas kulit hitam dan Hispanik, terutama keturunan Puerto Rico, terhadap Trump. Menurut poling final NBC News, 87% pemilih kulit hitam mendukung Harris dan 9% mendukung Trump. Perolehan ini lebih baik dari Biden di 2020 yang didukung 87% pemilih kulit hitam dan 12% memilih Trump, berdasarkan exit poll CNN.

Sementara itu poling ABC News terbaru mengungkapkan, 64% pemilih Hispanik memilih Harris dan 32% memilih Trump, yang mendekati dukungan Hispanik terhadap Biden di 2020 yakni Biden 65% dan Trump 32%, berdasarkan exit poll CNN.

Di Pennsylania, poling YouGov-Univision mengungkapkan, 64% Hispanik mendukung Harris dan 30% mendukung Trump. Di kalangan Hispanik keturunan Puerto Rico, dukungan terhadap Harris mencapai 67% vs Trump 27%!

Harris Menang dalam ‘Ad War’ dan Perang Lapangan

Penggalangan dana Trump di pilpres kali ini tidak sesukses pada pilpres 2020. Empat tahun lalu, Trump meraup US$1,088 miliar yang meliputi US$774 juta untuk komite kampanye dan sisanya US$314 juta diterima organisasi pendukung. Pada pilpres 2024, Trump secara total mengumpulkan US$$1.078 miliar, tapi yang diterima komite kampanye hanya US$$382 juta dan sebagian besar, US$694 diterima oleh organisasi-organisasi pendukung.

Sedangkan Harris yang mulai menggalang dana setelah mendapat dukungan dari Joe Biden pada 21 Juli, sukses besar dengan mengumpulkan US$1.589 miliar yang sebagian besar, US$$1.003 milar diterima oleh komite kampanye dan US$586 juta masuk ke organisasi-organisasi pendukung.

Dengan dukungan dana yang besar, Harris dan Partai Demokrat memiliki keleluasaan untuk belanja iklan di tujuh swing states dan mendanai aksi lapangan (ground game) yang sangat masif. Menurut data AdImpact, dari 22 Juli hingga 15 Oktober, Partai Demokrat menghabiskan US$921 juta untuk iklan, jauh di atas Partai Republik yang membelanjakan US$569 juta.

Tidak heran jika The New York Times mengakui Partai Demokrat sebagai pemenang dalam ‘ad war’. Menurut data Comscore, iklan Harris saja bisa menghasilkan 11,8 miliar ad view, lebih tinggi dari iklan Trump yang hanya menghasilkan 8,5 miliar ad view. Iklan Harris juga dominan di lima dari tujuh swing states.

Untuk aksi lapangan, Harris dan Partai Demokrat menggaji 2.500 staf di 353 kantor di swing states yang bertugas mengetuk jutaan pintu dan melakukan jutaan panggilan telepon terhadap pemilih pontensial. Kekuatan ini masih ditambah oleh ratusan ribu relawan dengan dukungan dana dari sejumlah organisasi seperti America Votes, BlackPAC, Somos PAC, Unite Here dan Future Forward dengan dukungan dana yang juga luar biasa besar. Dengan dana yang besar, tim Harris dan organisasi pendukung mampu menggelar beragam pertunjukan atau konser musik guna menggaet pemilih baru dari kalangan Gen Z.

Sebaliknya, dengan dana yang terbatas, Trump dan Partai Republik hanya bisa menggaji beberapa ratus staf di 300 kantor di tujuh swing states, serta mempercayakan aksi lapangan kepada beberapa organisasi seperti America PAC dan Turning Point Action.

Tapi aksi lapangan secara outsourcing ini ditandai dengan sejumlah drama seperti pemalsuan data kunjungan, penggantian perusahaan pemasok staf lapangan atau gugatan hukum oleh staf lapangan yang merasa ditipu dalam hal upah dan penugasan.

Aksi lapangan masif dan tersetruktur yang dilakukan tim Harris dan Partai Demokrat membuahkan hasil. Hal ini terlihat dri hasil exit poll early voting yang di beberapa negara bagian sudah dimulai 45 hari sebelum 5 November. Exit poll pencoblosan dini yang dilakukan oleh Marist, CNN, Fox News dan USA Today-Suffolk University dan dipublikasikan The Washington Post pada 31 Oktober mengungkapkan bahwa Harris mengungguli di kalangan pemilih yang sudah mencoblos di Arizon (9-12 point), Georgia (7-10 point), Michigan (26-39 point), North Carolina (2-6) point, Pennsylvania (17-35 point) dan Wisconsin (22-60 point), tapi ketinggalan di Nevada (6 poin).

Yang unik di pilpres kali ini adalah Partai Republik secara aktif menyerukan agar para pemilihnya melakukan pencoblosan awal sehingga marjin keunggulan Harris di swing state pada fase ini tidak bisa diimbangi oleh marjin keunggulan Trump di pencoblosal langsung pada 5 November.