Survei: Warga Uni Eropa Lebih Pilih Kamala Harris Jadi Presiden AS Dibanding Donald Trump
2 mins read

Survei: Warga Uni Eropa Lebih Pilih Kamala Harris Jadi Presiden AS Dibanding Donald Trump


, Berlin – Survei dari Pollsters Novus dan Gallup International yang dilakukan pada Oktober 2024 menyebut, jika warga Eropa memilih presiden Amerika Serikat pada pemilu 5 November, hasilnya akan sangat jelas.

Di Eropa Barat, 69 persen akan memilih kandidat Demokrat Kamala Harris, di Eropa Timur 46 persen. Kandidat Partai Republik Donald Trump hanya menerima dukungan dari 16 persen pemilih di Eropa Barat, dan 36 persen di Eropa Timur, dikutip dari DW Indonesia, Sabtu (2/11/2024).

Kamala Harris memiliki peringkat tertinggi di Denmark (85 persen) dan Finlandia (82 persen) sementara Donald Trump memiliki penggemar terbanyak di Serbia (59 persen ) dan Hungaria (49 persen), dua negara yang belakangan cenderung makin otokratis.

Hungaria sesuai aturan rotasi saat ini menjabat kepresidenan Dewan Uni Eropa (Uni Eropa).

Pemimpin Hungaria Viktor Orban telah menyebabkan kemarahan di Uni Eropa, ketika pada awal masa jabatannýa ia berkunjung ke Moskow, Beijing dan ke rumah Donald Trump di Palm Beach.

Viktor Orban mengatakan, dia percaya Donald Trump dapat mengakhiri perang Rusia di Ukraina hanya dalam beberapa hari.

Dia juga mengatakan bahwa kemenangan Donald Trump akan menjadi alasan bagus untuk membuka beberapa botol sampanye. Viktor Orban adalah satu -satunya kepala pemerintahan negara anggota Uni Eropa dan NATO yang berpandangan begini.

“Tetapi banyak politisi sayap kanan dan nasionalis dari Belanda, Jerman dan Italia-yang tentu saja setuju dengan Orban,” kata Steven Blockman, peneliti senior di Center for European Policy Studies yang berbasis di Brussels.

Kebijakan Harris Lebih Mudah Diprediksi

Sebagian besar kepala pemerintahan di Uni Eropa mendukung Kamala Harris.

“Saya mengenalnya dengan baik, dia pasti akan menjadi presiden yang baik,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam sebuah wawancara televisi.

Kamala Harris akan “berpegang teguh pada apa yang penting bagi kami,” tambah Scholz, merujuk pada kerja sama trans-Atlantik.

Jadi bagaimana reaksi Eropa jika Kamala Harris menang? “Bernapas lega secara kolektif, tentu saja,” kata Seteven Blockman kepada DW.

“Kebijakan Kamala Harris akan lebih mudah diprediksi. Lagi pula, dia telah menjadi wakil presiden yang bertugas di bawah Presiden AS Joe Biden selama empat tahun,” lanjut Blockmann.

“Terlepas dari semua pembicaraan di Eropa tentang perlunya otonomi yang lebih strategis, pada kenyataannya, ketergantungan pada AS cukup besar, baik dalam hal keamanan maupun energi.”

“Amerika Serikat juga menjadi pendukung utama Ukraina dalam perang melawan Rusia. Dan dengan merosotnya pemasokan energi Rusia ke Eropa, kawasan itu lebih bergantung pada ekspor gas dari AS,” kata Blockman.

 

Ribuan pendukung Kamala Harris menghadiri “argumen penutup” dari Capres Partai Demokrat tersebut yang digelar di Washington, DC, Selasa (29/10) waktu AS. Sementara ribuan pendukung Donald Trump telah menghadiri acara serupa di New York, Minggu (2…



Source link