OPINI: Mengubah Wajah Keselamatan Publik Indonesia Lewat Pemanfaatan Teknologi 5G dan LTE
Kolom Jakarta – Berada di sepanjang Cincin Api Pasifik membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 430 orang tewas atau hilang, lebih dari 50.000 rumah rusak, dan hampir 5 juta orang terkena dampak dari 1.667 bencana dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024 di Indonesia. Jumlah korban meninggal telah meningkat lebih dari 40% dibandingkan dengan tahun 2023.
Pada November lalu, tercatat 31 orang meninggal di Sumatra Utara akibat banjir bandang, dan 10 orang meninggal akibat letusan gunung berapi Lewotobi Laki Laki. Pemerintah daerah telah mengambil langkah antisipasi menjelang musim hujan untuk mencegah terjadinya banjir bandang dan tanah longsor. Lantas, apakah antisipasi tanggap bencana dapat ditingkatkan untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mengurangi kerugian ekonomi?
Antisipasi tanggap bencana yang lebih baik sangat penting, mengingat pada tahun 2055, hampir 64% penduduk Indonesia diperkirakan akan tinggal di zona bahaya seismik, dengan banjir pesisir yang meningkat secara signifikan. Risiko-risiko ini tidak hanya menuntut tanggapan yang cepat, tetapi juga koordinasi yang efisien antarlembaga untuk menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerugian ekonomi.
Alat komunikasi tradisional, seperti TETRA atau P25 akan segera menjadi usang. Di dunia yang semakin canggih, alat komunikasi tradisional tidak akan mampu mendukung kebutuhan manajemen bencana yang kompleks dan mendesak. Oleh karena itu, dibutuhkan peran jaringan pita lebar LTE dan 5G untuk misi kritis ini.
Jaringan ini memungkinkan aplikasi yang dapat menyelamatkan nyawa manusia, melalui tayangan video real-time, pengawasan menggunakan drone, pemantauan bio-vital, dan jaminan komunikasi yang aman antarlembaga penyelamatan selama masa krisis bencana.
Contohnya, penggunaan drone untuk melakukan survei tempat pengungsian selama banjir. Inovasi-inovasi semacam ini, bila didukung oleh 5G, akan meningkatkan efisiensi para petugas tanggap darurat, memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih cepat serta tepat.
Komunikasi Keselamatan Publik di Era Digital
Revolusi digital mengubah kembali operasi penyelamatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di negara-negara yang rawan bencana seperti Indonesia.
Selama bertahun-tahun, lembaga keselamatan masyarakat mengandalkan sistem komunikasi radio bergerak (LMR) yang sudah ketinggalan zaman. Meskipun dapat diandalkan untuk komunikasi suara, LMR tidak memiliki kemampuan untuk mendukung komunikasi data secara real-time atau pengiriman tayangan gambar beresolusi tinggi yang merupakan komponen penting dalam tanggap bencana modern.
Migrasi ke jaringan LTE dan 5G telah mengubah operasi keselamatan publik secara global. Jaringan canggih ini memungkinkan komunikasi data, tayangan gambar, dan informasi secara real-time, sehingga memberikan situasi yang lebih akurat dan respons cepat antar lembaga.
Misalnya, jaringan LTE keselamatan masyarakat (PS-LTE) dan jaringan 5G yang sangat penting memungkinkan petugas keselamatan garis depan untuk menilai cedera dari jarak jauh, berbagi rekaman langsung dengan pusat komando, dan mengoordinasikan upaya penyelamatan dengan tepat.
Negara-negara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia memimpin dalam mengadopsi teknologi ini. Di Korea, SK Telecom dan Nokia berhasil melakukan uji coba aplikasi tayangan gambar dan suara berbasis LTE untuk meningkatkan operasi keselamatan masyarakat. Demikian pula Kota Sendai di Jepang menggunakan jaringan LTE tertutup untuk mengendalikan drone untuk peringatan evakuasi tsunami, membuktikan keefektifan jaringan tersebut dalam meningkatkan kesadaran lingkungannya.
Sudah saatnya Indonesia mengikuti jejak langkah tersebut. Penggunaan jaringan broadband khusus ini tidak hanya akan memodernisasi sistem tanggap darurat bencana di Indonesia, tetapi juga memastikan Indonesia lebih siap dalam menghadapi bencana di masa depan.
Mengapa Indonesia Memerlukan Jaringan Keamanan Publik yang Khusus?
Jaringan keselamatan publik khusus memberikan tingkat keandalan, keamanan, dan fungsionalitas yang tidak dapat ditandingi oleh jaringan komersial. Jaringan ini menyediakan:
- Prioritas dan keandalan: Komunikasi penting tetap lancar meskipun jaringan sedang padat, sehingga akses tetap terjamin dalam situasi darurat.
- Koordinasi terpusat: Sistem yang terintegrasi memungkinkan komunikasi dan pertukaran data antar lembaga berjalan lancar tanpa hambatan.
- Keamanan lebih baik: Data sensitif tetap terlindungi, dan jaringan sepenuhnya berada di bawah kendali pemerintah.
- Jangkauan lebih luas: Jaringan khusus dapat menyediakan konektivitas jarak jauh yang luas, sehingga sangat penting untuk menjangkau daerah pedesaan atau wilayah terdampak bencana.
- Fungsionalitas yang fleksibel: Sistem ini dapat diadaptasi untuk berbagai kebutuhan lembaga keamanan publik, mulai dari kepolisian hingga layanan medis darurat.
Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah sukses dunia. Sebagai contoh, Kementerian Dalam Negeri Qatar bermitra dengan Nokia untuk membangun jaringan broadband yang sangat penting yang secara signifikan telah meningkatkan operasi harian untuk pemadam kebakaran dan tim medis darurat. Di Brownsville, Texas, Nokia dan NTT Data menggunakan jaringan 5G pribadi untuk meningkatkan keamanan publik dan skalabilitas operasional.
Contoh nyata ini menyoroti potensi transformatif dari jaringan khusus. Dengan infrastruktur yang tepat, Indonesia dapat mencapai hasil yang serupa demi meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap bencana.