2 November 1963: Pembunuhan Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem
2 mins read

2 November 1963: Pembunuhan Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem



Setelah kegagalan Kennedy pada invasi Teluk Babi tahun 1961, ia mulai lebih fokus pada situasi di Vietnam. Karena Kennedy khawatir kalau suatu negara dukungan pihak Barat jatuh, maka negara-negara serupa juga akan kalah, ia kemudian membuat beberapa keputusan penting mengenai keterlibatan Amerika lebih lanjut di Vietnam.

Sebuah laporan National Intelligence Estimate mengenai Presiden Ngo Dinh Diem menyimpulkan bahwa kebijakan internal Diem bersifat otokratis dan program-program dalam negerinya menghambat upaya perang. 

Pada awal tahun 1961, menurut sebuah laporan dalam studi Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang kemudian dirilis dengan judul United States-Vietnam Relations, 1945-1967 (yang juga dikenal sebagai Pentagon Papers), Amerika Serikat mempertanyakan kemampuan jangka panjang Diem untuk tetap berkuasa kecuali ia membuat perubahan besar untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya. Sang presiden AS berharap bahwa Diem, yang merupakan seorang Katolik seperti dirinya, akan membuat perubahan kebijakan yang diperlukan sebelum situasi menjadi tidak terkendali.

Duta Besar Lodge pada bulan Agustus 1963 menerima pesan dari Menteri Luar Negeri saat itu, George Ball, yang menyatakan bahwa Diem harus menyingkirkan saudara laki-lakinya yang korup dan iparnya yang suka menghasut jika ia berharap untuk mendapatkan dukungan Amerika Serikat untuk pemerintahannya. Lodge, dalam sebuah memo kepada Washington, melaporkan bahwa kemungkinan Diem untuk mengikuti tuntutan Amerika hampir tidak ada.

Sebagian besar kekerasan yang dilakukan oleh rezim Diem terhadap mayoritas umat Buddha disiarkan di televisi Amerika. Reaksi dari Gedung Putih sangat cepat. Presiden Kennedy mengecam kekerasan tersebut dan mendesak Diem untuk menertibkan negaranya. Dampak dari pemberontakan umat Buddha pada musim panas 1963 menjadi pemantik kudeta yang mengakhiri nasib Diem dan Nhu.

Upaya kudeta pertama terhadap Diem bermula pada Agustus 1963, ketika agen Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Kolonel Lucien Conein bertemu secara diam-diam dengan sejumlah perwira tinggi militer Vietnam Selatan, termasuk jenderal-jenderal Duong Van Big Minh, Tran Van Don, Le Van Kim, dan Tran Thien Khiem. 

Conein bertugas sebagai perantara antara para perencana kudeta dan kedutaan besar AS. 

Selama pertemuan, Minh berbicara tentang pembunuhan Diem dan Nhu. Ketika Duta Besar Lodge mengetahui hal ini, dia langsung menghubungi Washington.

Dalam diskusinya dengan para jenderal yang memberontak, Conein mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak dapat membantu mereka dalam awal aksi pengambilalihan kekuasaan negara. Itu sepenuhnya merupakan tindakan mereka sendiri, menang atau kalah. 

Pada akhir Agustus, pemerintahan Kennedy mengirimkan pesan lain yang lebih tegas kepada komplotan kudeta, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mendukung kudeta jika memiliki peluang yang baik untuk berhasil, tetapi tidak akan mengizinkan partisipasi pasukan AS. Kennedy juga mengatakan kepada Duta Besar Lodge bahwa tidak masalah jika Washington menangguhkan bantuan lebih lanjut kepada rezim Diem.



Source link