Vaksinasi Polio Dimulai Kembali di Gaza Utara, tapi Tidak Akan Capai Target
Intenasional Gaza – Tahap akhir dari kampanye vaksinasi polio dua tahap telah dimulai di Gaza Utara pada hari Sabtu (2/11/2024). Demikian disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebelumnya, tahap kedua ditunda karena pengeboman Israel yang intens, pengungsian massal, dan kurangnya akses.
Imunisasi dilanjutkan saat 15 organisasi PBB dan kemanusiaan menggambarkan situasi di Gaza Utara sebagai “apokaliptik” hampir sebulan setelah Israel memulai kembali serangan daratnya.
WHO mengonfirmasi bahwa jeda kemanusiaan dalam pertempuran telah disepakati untuk memungkinkan vaksinasi dimulai kembali. Kampanye vaksinasi akan berlangsung selama tiga hari.
“Sekitar 15.000 anak di bawah usia 10 tahun di kota-kota di Gaza Utara, seperti Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun masih belum dapat diakses dan akan terlewatkan oleh kampanye vaksinasi, sehingga efektivitasnya akan terganggu,” kata WHO, seperti dilansir BBC.
WHO telah menargetkan untuk memberikan dosis kedua vaksin polio oral kepada 119.000 anak di daerah tersebut. Pencapaian target itu sekarang dinilai tidak mungkin karena kendala akses.
Putaran pertama kampanye vaksin berhasil menjangkau 559.000 anak di bawah usia 10 tahun selama tiga tahap di Gaza Selatan, tengah, dan Utara antara tanggal 1 dan 12 September, di mana terdapat jeda kemanusiaan lokal yang disetujui oleh Israel dan kelompok militan Palestina.
Namun, menurut WHO, area yang disetujui dalam jeda kemanusiaan terbaru telah berkurang secara substansial dibandingkan dengan putaran pertama vaksinasi dan sekarang hanya terbatas pada Kota Gaza.
Sejak dimulainya kampanye vaksinasi polio di Jalur Gaza, para ahli medis menekankan bahwa penundaan pemberian dosis kedua dapat membahayakan upaya keseluruhan untuk menghentikan penularan penyakit menular yang berpotensi mematikan tersebut.
Untuk menghentikan penularan, setidaknya 90 persen dari semua anak perlu diberikan minimal dua dosis.
Kepala hak asasi manusia PBB mengatakan pekan lalu bahwa “momen tergelap” perang Jalur Gaza sedang berlangsung di wilayah utara.
Ratusan orang dilaporkan tewas sejak militer Israel kembali melancarkan serangan darat di Beit Lahia serta Jabalia dan Beit Hanoun pada 6 Oktober. Israel mengklaim bahwa tindakan itu dilakukan untuk melawan pengelompokan kembali para pejuang Hamas.
“Setidaknya 100.000 orang terpaksa mengungsi dari Gaza Utara menuju Kota Gaza demi keselamatan,” kata WHO.
Pernyataan bersama dari badan-badan PBB, termasuk WHO, yang dirilis pada hari Jumat, menyebutkan bahwa situasinya “apokaliptik”, dengan seluruh penduduk Palestina di daerah tersebut berisiko tinggi meninggal karena penyakit, kelaparan, dan kekerasan.
PBB memperkirakan sekitar 100.000 penduduk masih dalam kondisi yang mengerikan, di mana mereka kekurangan makanan, air, dan pasokan medis yang parah.
Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel pekan ini untuk segera meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza karena tenggat waktu untuk itu semakin dekat atau Israel akan menghadapi pemotongan bantuan militer. Utusan AS untuk PBB mengatakan pada hari Selasa (29/10) bahwa kata-kata Israel harus diimbangi dengan tindakan, yang mana itu tidak terjadi.
Israel meluncurkan serangan balasan ke Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana Israel mengklaim sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera.
Menurut otoritas Jalur Gaza, lebih dari 43.000 orang di wilayah kantong Palestina itu telah tewas sejak saat itu.